Thursday, October 5, 2017

Trekking di Bako National Park

Saya sudah beberapa kali berkunjung ke Kuching tapi belum pernah menginjakkan kaki ke Bako National Park. Sebelum kami berangkat ke Kuching, kami diberikan pilihan antara trekking ke Bako National Park atau melihat orang utan di Semenggoh Wildlife Centre. Karena saya sudah pernah ke Semenggoh, maka saya pilih Bako National Park. Hasil voting teman-teman blogger akhirnya memilih Bako National Park, yay!

Pagi itu kami sarapan di hotel dan bersiap-siap untuk bertualang di Bako National Park. Perjalanan dari hotel menuju ke Kampong Bako sekitar 45 menit. Cukup jauh ya dari pusat kota. Setibanya di Kampong Bako, kami menunggu perahu yang akan membawa kita ke Bako National Park. Walaupun sungai tampaknya tenang, jangan coba-coba untuk memasukkan tangan karena banyak buaya, hiiiiiii..... 



Perahu dari Kampong Bako segera membawa kami ke ke Bako National Park dan kurang lebih 20 menit kemudian kami pun tiba. Di perjalanan kami juga dapat melihat gunung Santubong walaupun tertutup awan karena cuaca agak mendung pagi itu. 

Ketika kami tiba di Bako National Park, ombak tidak terlalu tinggi sehingga perahu tidak bisa merapat ke dermaga. Alhasil kami mencopot sendal/sepatu lalu lompat dari perahu dan berjalan ke pinggir pantai, macem film Pirates of the Caribbean gitu deh.

Auntie Anna mengajak kami untuk sejenak ke bebatuan besar yang ada di pinggir pantai. Batu-batu besar di sini terbentuk sejak jutaan tahun yang lalu oleh cuaca, air laut dan angin sehingga membentuk lapisan-lapisan yang warnanya sangat cantik. Saya jadi inget kek lapis khas Sarawak. Apa jangan-jangan inspirasinya dari bebatuan di Bako? 


Daaaan, tentu saja kami tidak melewatkan objek yang cantik untuk berfoto dong. Kami persembahkan girlband Cha Cha Girls hahahaha....


Puas berfoto di bebatuan, kami pun menuju ke kantor Bako National Park untuk melaporkan diri. Peraturan mewajibkan setiap pengunjung yang datang dan pergi dari Bako National Park untuk melapor. Hal ini berkaitan dengan keselamatan pengunjung karena di Bako National Park ini terdapat satwa-satwa liar. Belum masuk ke rute trekking pun, kami sudah bertemu dengan beberapa monyet ekor panjang di sekitar kantor pengelola. Walaupun terlihat lucu, monyet-monyet ini tetaplah satwa liar yang selalu siap untuk mencuri makanan dan minuman saat kita lengah.

Setelah lapor, kami pun memulai acara trekking dengan menjumpai seekor ular yang bahasa Inggrisnya bernama wagler pit viper. Ular yang memiliki kulit berwarna hijau dan panjang sekitar 1,5 meter ini sangatlah cantik dan menggoda untuk difoto dari dekat. Namun auntie Anna memperingatkan kami untuk tidak mendekat karena ular tersebut berbisa dan sangat berbahaya. Ngga mau kan kena gigit ular gara-gara ngambil foto doang.

Bako National Park terkenal dihuni oleh monyet Bekantan (proboscis monkey) yang hanya dapat kita temui di pulau Kalimantan. Kalau kalian tahu maskot Dufan, nah itu monyet Bekantan. Orang Sarawak menyebut monyet ini dengan istilah "orang Belanda" karena mempunyai rambut pirang yang oranye macem orang bule yang pirang. Hahahaha ada-ada aja ya, dan pagi itu kami sempat berpapasan dengan rombongan turis Belanda. Ada sekitar 275 ekor monyet Bekantan yang hidup berkeliaran di Bako National Park. Kami beruntung dapat melihat seekor monyet Bekantan yang sedang bertengger di atas pohon yang sangat tinggi. 

Photo by bang Kevin

Selain monyet bekantan, salah satu bintangnya Bako National Park adalah babi hutan berjanggut. Kami sempat berjumpa dengan seekor babi hutan yang sedang berjalan-jalan, kalau dilihat beratnya mungkin sekitar 100 kg lebih. Saya sempat merekam si babi hutan, nanti bisa dilihat di vlog. Walaupun penampilan si babi ini sangar dengan jenggotnya, tapi mereka kayaknya anteng dan ngga merasa terganggu dengan adanya pengunjung.


Perjalanan kami lanjutkan untuk melihat hutan mangrove alias bakau. Nama Bako sendiri berarti bakau, karena memang dijumpai banyak pohon bakau di sini. Cuaca hari itu tidak cerah, tidak mendung. Kami beruntung karena tidak hujan sehingga dapat mengeksplorasi Bako walaupun hanya beberapa jam saja.

Di Bako National Park ini ada sekitar 18 rute trail. Auntie Anna mengajak kami untuk mengambil rute Telok Paku yang jaraknya sekitar 800 meter dan memakan waktu sekitar 1 jam. Medan yang kami lalui berupa jembatan kayu dan jalan yang naik turun melewati akar-akar pohon besar. Lembabnya udara tidak membuat kami patah semangat untuk terus berjalan. Masa kalah sama auntie Anna yang umurnya 2x lipat dari umur para blogger. Selidik punya selidik, kami kagum auntie Anna kok kuat banget jalan kaki ternyata beliau adalah pensiunan polisi. Ngga heran lah ya kalau doi aktif banget. Ya walaupun ngga segesit kami-kami ini, tapi untuk orang seumuran beliau mah hebat. Nanti kalau saya udah tua, saya juga mau seperti auntie Anna, sehat dan aktif supaya bisa jalan-jalan terus.


Ngga cuma kuat jalan kaki, auntie Anna juga banyak menceritakan mengenai tanaman-tanaman yang ada di Bako National Park, salah satunya tongkat ali. Kalau denger tongkat ali, selintas yang terpikir pasti obat kuat. Hayoooo ngaku! Padahal khasiat tongkat ali juga bagus untuk stamina tubuh.

Kami juga sempat menjumpai sarah lebah kelulut yaitu lebah tidak bersengat yang menghasilkan madu seperti lebah madu.


Sayang sekali waktu kami di Bako National Park tidak lama. Selesai menyusuri rute Telok Paku kami kembali ke kantor pengelola dan menikmati makan siang sambil mengistirahatkan kaki. Saat makan siang saya memperhatikan bahwa sampah di kafetaria dipilah antara botol plastik, sisa makanan dan kaleng minuman. Satu langkah yang baik untuk menjaga kebersihan dan kelestarian Bako National Park. Namun yang sangat disayangkan di sekitar kantor ada pengunjung yang kurang bertanggung jawab atas sampahnya masing-masing. Saya sempat melihat ada beberapa botol plastik berserakan. 

Oh iya, di Bako National Park juga terdapat akomodasi bagi pengunjung yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di sini dan mencoba rute trail yang lebih ekstrem. Saya sendiri suatu hari ingin kembali lagi ke sini dan menginap. Suasana hutan di malam hari tentunya akan sangat berbeda apalagi ada beberapa satwa yang aktif di malam hari alias nocturnal.



Untuk mencapai Bako National Park dari Kuching caranya sangat mudah. Dari pusat kota Kuching kita bisa naik bus no. 1 ke Kampong Bako, ongkosnya 3,5 ringgit sekali jalan. Bus akan berangkat tiap jam mulai jam 7 pagi hingga 6 sore. Atau kalau mau naik taxi juga bisa, sekitar 45 ringgit sekali jalan. Dari Kampong Bako naik perahu, ongkosnya 20 ringgit per orang untuk sekali jalan. Informasi lebih lanjut bisa dilihat di sini

Terima kasih untuk bang Kevin dari Sarawak Tourism yang sudah mengajak kami mengeksplorasi Bako National Park. Someday we'll be back!

Kembali ke Kuching

Perjalanan kami selama 5 hari di Sabah akhirnya berakhir dan Jumat 22 September 2017 kami pun mengucapkan sampai jumpa lagi Sabah! Siang itu kami makan siang bersama dengan perwakilan Air Asia dan Sabah Tourism Board yaitu pak Bobby dan pak Joshua di Restoran Souled Out yang terletak di Imago Mall. 

Selepas makan siang kami segera menuju ke Kota Kinabalu International Airport untuk mengejar pesawat yang akan membawa kami ke Kuching. Ya, kami harus kembali ke Kuching terlebih dahulu sebelum akhirnya ke Pontianak. Namun karena kami diundang oleh Sarawak Tourism Board untuk mengunjungi Kuching, maka kami akan tinggal di Kuching selama 3 hari 2 malam. Penerbangan Air Asia AK 6355 dijadwalkan ETD 15.30 dan siang itu lepas landas pada pukul 15.39 waktu setempat. Siang itu sayangnya saya mendapat tempat duduk di deret paling belakang bersama dengan Dyah. Minusnya tempat duduk di deret paling belakang adalah tidak bisa dimundurkan sehingga kalau mau tidur posisinya jadi kurang nyaman. Tapi akhirnya kami pun terlelap juga selama perjalanan. Saya sempat menangkap cahaya matahari yang menembus awan sore itu, cantik sekali.....



Tidak terasa penerbangan selama 1 jam 11 menit akhirnya membawa kami ke kota Kuching kembali. Tepat pukul 16.45, pesawat dengan nomor registrasi 9M-AQR menjejakkan rodanya di Kuching International Airport.

Proses imigrasi berjalan dengan lancar, ngga ada insiden ditanyain macem-macem lagi. Beneran kan makcik kami balik lagi dari Sabah hehehe. Kami bergegas mengambil bagasi dan segera menemui local guide yang sudah menanti untuk menjemput kami.

Meet our guide, auntie Anna!!!! Oh my God, she is so adorable! Auntie Anna bilang kalau beberapa hari sebelumnya Kuching diguyur hujan terus menerus dan ketika kami datang cuaca hari itu cerah. Well, mudah-mudahan kami bawa pengaruh baik ya, auntie. Auntie Anna mengingatkan saya pada almarhumah tante saya. Mereka memiliki postur tubuh yang mirip dan rambut pendek keriting.


Sepanjang perjalanan auntie Anna bercerita kalau dia menyukai lagu-lagu Indonesia, salah satunya lagu-lagu Broery Pesulima eh atau Broery Marantika. Ya itulah pokoknya, siapa sih yang ngga tau Broery. Dan Indra pun langsung melantunkan beberapa lagu yang menjadi kesukaan auntie Anna.

Perjalanan dari airport menuju hotel kurang lebih sekitar 30 menit dan tibalah kami di Imperial Riverbank Hotel. Di sana bang Kevin dari Sarawak Tourism Board sudah menanti kami. Kesan pertama waktu ketemu bang Kevin adalah Hamish Daud KW! Hahahaha sekilas mirip, no wonder karena ibunya bang Kevin adalah orang putih kalau minjem istilah orang Sarawak untuk nyebut orang bule.

Tiba di hotel, kami segera check in karena malam harinya kami akan diajak bersantap di Top Spot Seafood. Kali ini di Imperial Riverbank Hotel tidak ada kamar yang triple, jadi saya sekamar dengan mbak Evi, sementara Levi memilih untuk ambil kamar sendiri. Kami mendapat kamar Deluxe Twin Room nomor 904 di lantai 9 persis berhadapan dengan lift.


Ukuran kamar lebih kecil dari hotel yang sebelumnya namun cukup untuk 2 orang. Ada kursi, meja tulis, televisi layar datar, safety deposit box, water kettle, air minum kemasan dan jreng jreng tetep ada setrika beserta papannya, aheeeeeyyy..... Kamar kami ini menghadap ke arah patung kucing yang terkenal alias city view.

Sore itu karena masih ada waktu kurang lebih 1 jam, Dodon mengajak kami untuk menyeberang ke Kampong Melayu yang terletak di seberang hotel. Oh iya, Imperial Riverbank Hotel ini letaknya persis di waterfront Kuching. Pokoknya strategis banget deh, dekat dengan patung kucing dan pusat perbelanjaan. Akhirnya hanya Dodon, saya, mbak Evi, Salman, Indra dan Teguh yang pergi. Kami naik sampan dari dermaga kecil di belakang hotel, ongkosnya 1 ringgit per orang untuk sekali jalan. Perjalanannya singkat sekali sekitar 2 menit kami sudah sampai di seberang. 

Di Kampong Melayu ini ada kedai-kedai yang berjualan ikan masin alias ikan asin dan kek lapis khas Sarawak, salah satunya yang terkenal adalah Kek Lapis Kak Liza. Kami menikmati senja dengan berjalan-jalan dan tentunya foto-foto. Ini salah satu hasil jepretan mbak Evi dengan kameranya yang ciamik. Abaikan muka lemes nahan lapar, tapi fokuslah pada keindahan lampu-lampu di belakang hahahaha....


Kami tidak bisa berlama-lama di Kampong Melayu karena sudah waktunya untuk makan malam. Segera kami bergegas untuk kembali naik sampan ke waterfront. Auntie Anna dan bang Kevin sudah menunggu kami di lobby dan kami pun berjalan kaki menuju TopSpot Seafood yang lokasinya dekat sekali dengan hotel.

Malam itu lidah kami dimanjakan dengan berbagai macam hidangan seafood yang lezat. TopSpot memang terkenal sebagai tempat untuk menikmati seafood di Kuching. Ada sekitar belasan gerai yang menawarkan hidangan seafood dengan keistimewaannya masing-masing. Dan boleh dicatat bahwa semua gerai di sini mempunyai sertifikasi Halal. jadi tidak usah takut atau ragu untuk makan di sini.


Selesai makan malam, waktunya acara bebas sebelum kembali ke hotel. Beberapa teman memilih untuk berjalan-jalan di waterfront menikmati Jumat malam. Kebetulan hari Jumat itu adalah hari libur Tahun Baru Islam. No wonder TopSpot Seafood ramai dikunjungi orang-orang yang sedang menikmati hari libur bersama keluarga. Sementara yang lain pergi ke waterfront, saya bersama mbak Evi, Salman, Indra dan Dodon pergi ke Peridot Cafe yang terletak di Ewe Hai Street. Di sana kami meet up dengan bang Sharmsoul Bahrine, travel blogger terkenal asal Malaysia bersama teman-temannya. Kebetulan bang Sharmsoul berasal dari Sarawak dan ceritanya lagi pulang kampung alias mudik.

Kami banyak ngobrol dan tukar pikiran tentunya soal traveling. Sangat menyenangkan bisa bertemu dengan teman-teman baru dari negara tetangga. Tentunya memberikan banyak insight dan saling sharing mengenai pengalaman masing-masing. Oh iya di Peridot kami dijamu dengan dessert panna cotta dan creme brulee yang lembut membelai lidah. Kalau saya lebih suka dengan panna cottanya hehe... 

Ngobrol punya ngobrol tak terasa waktu sudah larut dan sebelum berpisah kami menyempatkan untuk photo bersama.


Berhubung hotel Imperial Riverbank lokasinya tidak jauh dari Peridot, kami memutuskan untuk berjalan kaki. Malam itu waterfront sangat cantik bermandikan cahaya lampu warna-warni. Tak terasa sampai juga di hotel, saya dan mbak Evi cepat-cepat mandi karena tadi sore belum sempat mandi hihihi. Ngga lama kami berdua masih sempat ngobrol-ngobrol sampai akhirnya tertidur. Besok adalah hari yang panjang karena kami akan diajak berkunjung ke Bako National Park, yaaaaaayyyy!!!!

Jalan Tunku Abdul Rahman, 93100 Kuching
Sarawak, Malaysia
Email : irhkch@imperial.com.my
Tel : +60 82 230 033
Fax : +60 82 230 033




Wednesday, October 4, 2017

Bermalam di Grandis Hotels & Resorts, Kota Kinabalu

Malam itu kami tiba di KK hampir tengah malam. Setelah transit di Kuching selama 6 jam lalu lanjut terbang lagi ke KK, rasanya badan lemah letih lesu (dikata iklan apaaaa? hahaha.....). Makanya minum vitamin dong! 

Dari Kota Kinabalu International Airport kami langsung diantar menuju Grandis Hotels & Resorts untuk beristirahat. Grandis Hotels & Resorts atau singkatnya kita sebut Hotel Grandis aja ya, jaraknya dekat banget dari airport, kurang lebih sekitar 15 menit saja. Begitu tiba, kami langsung disambut oleh frontliner dari Hotel Grandis dan tidak lupa untuk berfoto dulu doooong.


Karena jumlah ceweknya ganjil alias 5 orang, maka saya sekamar bertiga dengan mbak Evi dan Levi. Sementara Dyah & Multi sekamar berdua. Ini kayaknya pembagian kamar berdasarkan usia yeeee maklum yang bertiga ini udah emak-emak semua. Kami dapat kamar nomor 1225 alias di lantai 12. Tinggi banget ya booook, secara kamar paling atas itu lantai 12 dan di atasnya masih ada lantai Rooftop.

Nyampe kamar langsung naro koper, ngga lupa photo2 kamar dulu dong sekalian bikin video room tour. Karena perut udah lapar banget kami pesan makanan dari room service. Kepengen makan yang hangat dan berkuah, saya mesen wonton noodle yang pas datang porsinya geday banget. Daripada ngga bisa tidur karena kelaparan, ya udah sikat aja lah ya. Diet starts tomorrow hahaha.....

Pas lagi nunggu makanan datang, ada insiden di kamar kami. Jadi ceritanya mbak Evi kan mau nyolok kabelnya ke stop kontak, tiba-tiba aliran listrik di kamar kami padam. O ooowwww.... ngeri-ngeri sedap. Saya telepon ke operator supaya mereka kirim orang engineering untuk periksa listrik di kamar kami. Ngga lama datanglah tu orang engineering ke kamar dan periksa listriknya. Setelah dia periksa, dicoba lagi deh tu kabelnya mbak Evi ke stop kontak. Ndilalah jebret lagi booooook..... Selidik punya selidik kayaknya kabelnya mbak Evi korslet sehingga aliran listrik jadi padam. Orang engineeringnya bilang kalau dia mau perbaiki kabel mbak Evi dulu nanti dia balik lagi. Ngga lama dia datang lagi ke kamar pas kita udah kelar makan. Dia bilang kabelnya udah dia perbaiki dan dicoba untuk dicolok ke stop kontak. Horeeeeeee listriknya ngga padam lagi. Aduh kece banget emang nih Hotel Grandis, tengah malam gitu orang engineeringnya sigap bener. Lagian juga kita takut kalau tiba-tiba korslet trus kebakaran. Masa iya baru juga nyampe udah bikin kehebohan hahaha.... 

Mau cerita dikit nih ya soal kamar di Hotel Grandis yang gedaaaaay banget. Jadi kan karena kita sekamar bertiga, dikasinya kamar yang tipe Deluxe Family Room. Luas ruangannya itu 46 m2, bisa guling-gulingan sesuka hati. Ada 2 bed single dan 1 queen bed, sofa, meja berisi welcome fruit, meja kerja, televisi layar datar, water kettle, air minum kemasan sebanyak 4 botol, kulkas mini, safe deposit box, hair dryer dan gongnya adalah ada setrika dan papannya. Wiiiiiiiiiihhhhh yang kenal saya pasti tau banget kalau saya tuh kalau traveling bawa setrika mini. Soalnya saya paling ngga suka pake baju yang kusut. Jadi begitu tau kalau di kamar ada setrika beserta papannya, saya sungguh bahagia hahaha *lebayatun* Tau gitu kan saya ngga usah bawa setrika mini, menuh-menuhin koper aja. 




Moving on ke kamar mandi, karena kamar ini tipe yang Deluxe Family Room, maka ada bathtubnya *jogetpisang* Ketika malam ketiga dan keempat saya menyempatkan diri berendam karena badan udah capek banget. Lumayan air hangat dan epsom salt yang saya beli di supermarket dekat hotel cukup membuat badan rileks. Handuk yang disediakan juga bersih dan wangi, amenities yang disediakan juga lengkap mulai dari sabun, shampoo, conditioner, sikat gigi, odol, shaving kit, shower cap. Pokoknya ngga usah takut ngga bisa mandi kalau misalnya lupa bawa alat mandi sendiri.

Besoknya kita bangun agak pagi sekitar pukul 06.00 karena di jadwal aktivitas akan dimulai pada pukul 08.00. Karena penghuni kamar ada 3 orang jadi musti nunggu giliran mandi. Untungnya mbak Evi & Levi mandinya ngga lama. Pukul 07.00 kita sudah kelar mandi dan dandan, siap untuk ngisi perut alias sarapan.

Sarapan di Hotel Grandis disediakan di Rosea Cafe yang terletak di lantai 1. Menu sarapan di Rosea Cafe sangat beragam mulai dari salad, buah segar, aneka roti dan kue bahkan ada kue tradisional Malaysia, dim sum, bubur, roti canai, aneka mie, kwetiaw dan bihun, menu buffetnya pun lengkap. Malahan nih ya karena banyak tamu-tamu dari Korea, Rosea Cafe juga menyediakan menu kimchi untuk sarapan. Juara banget ngga tuuuuuh?

Kalau saya sendiri sih biasanya memulai sarapan pagi dengan makan buah terlebih dahulu. Anak food combining banget ngga sih. Dan yang bikin seneng di sini buahnya ngga monoton. Kadang males kan kalau menu sarapan di hotel buahnya 4L alias loe lagi loe lagi, kalo ngga semangka, pepaya atau melon. Nah di Hotel Grandis kemarin itu sempat menyediakan buah jeruk bali alias pomelo pada menu sarapannya. Duh, jeruk bali itu buah favorit saya, saking doyannya bisa lho saya ngabisin satu bulat buah jeruk bali sendirian. Tapi kemarin ya ngga makan sampai 1 buah bulat gitu juga lah yaaaaaaa. Pokoknya kalau misalnya kamu vegetarian atau food combining, ngga usah takut bakal susah makan di sini karena banyak menu yang vegetarian friendly.

Kelar makan buah, baru saya lanjut protein seperti scrambled eggs yang dipadu dengan menu sayur. Salah satu menu favorit para blogger di Rosea Cafe ini adalah siomay dari dim sum stall. Dan memang beneran enak! Si Dyah aja hampir tiap pagi sarapan siomay ini hahaha *lirik Dyah*


Kami juga berkesempatan untuk menikmati menu makan malam di Hotel Grandis pada malam keempat. Seusai acara kunjungan ke beberapa rumah sakit, kami kembali ke hotel lebih awal dari biasanya dan malam itu acara bebas. Beberapa teman memutuskan untuk jalan-jalan ke Suria Sabah Shopping Mall. Nah saya belum cerita ya kalau Hotel Grandis ini lokasinya kece banget karena bersebelahan dengan Suria Sabah Shopping Mall. Bukan cuma bersebelahan, tapi ada pintu akses dari hotel ke mal. Jadi kalau mau jalan-jalan ke mal ngga usah ribet muter keluar hotel, tapi kita bisa lewat pintu khusus yang berada di lantai 1. Pas banget kan posisi pintu selantai dengan Rosea Cafe, jadi kelar sarapan atau makan malam bisa langsung cussss ke mal.

Menu makan malam juga tidak kalau bervariasi dengan menu sarapan. Semuanya lengkap mulai dari starter, main course sampai dessert. Saya sendiri mencoba menu pasta karena tampilannya menggiurkan. Pilihan malam itu jatuh pada spaghetti bolognaise. Sebelum mencicip pasta, saya juga sempat mencoba Thai vermicelli salad yang nikmat dan seger banget sampe-sampe saya nambah dua kali *ogahrugidotcom*


Acara makan malam saya tutup dengan menikmati ice cream. Surprise banget karena ada counter ice cream dan bisa ambil sepuasnya sendiri. Wohoooooo kayaknya ngga ada yang lebih indah selain mengakhiri hari dengan makan ice cream, ya ngga????

Selain Rosea Cafe, Hotel Grandis juga memiliki Piano Lounge bagi yang mau bersantai sambil menikmati makanan dan minuman ringan sambil mendengarkan alunan musik piano yang lembut. Dan gongnya adalah di Hotel Grandis ada Rooftop dimana terdapat kolam renang dan Sky Blu Bar. Aseli tempatnya asik banget buat nongkrong cantik sore-sore sambil lihat sunset. Sayang banget saya ngga sempat nongkrong di sini padahal hakul yakin deh kalau nongkrong rame-rame pasti seru banget buat photo-photo *tetep*. Mudah-mudahan suatu hari bisa nginep di sini lagi karena pengen banget ke Sky Blu Bar pas lagi sunset.

Buat yang penasaran, cusss aja langsung booking tiket naik Air Asia ke Kota Kinabalu dan booking kamar di Hotel Grandis

Grandis Hotels and Resorts
Suria Sabah Shopping Mall,
1A, Jalan Tun Fuad Stephens,
88000, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia
Tel    : +60 88 522 888
Email : info@hotelgrandis.com

Island Hopping di Tunku Abdul Rahman Marine Park

Semalam udah diceritain sama Latifah kalau sebagian besar area di KK adalah hasil reklamasi. Nah karena reklamasi tersebut maka acara hari ini adalah wisata bahari (resmi amat bahasanya) alias kita bakalan island hopping, yeaaaayyyyyy.... Secara di Kalimantan Barat kalau mau island hopping itu jauh, jadinya saya excited banget. Kebetulan saya suka banget aktivitas outdoor apalagi yang berhubungan sama pantai dan laut.

Pagi itu kami berjalan kaki dari hotel menuju Jesselton Point yaitu dermaga kapal yang akan mengantarkan kita menuju Manukan Island. Jarak dari hotel Grandis ke Jesselton Point deket banget sekitar 5 menit. Jadilah kita jalan kaki ke sana, anggap aja olah raga pagi.


Perjalanan dari Jesselton Point ke Manukan Island sekitar 15 menit dengan boat. Sebelum naik ke boat, kami diwajibkan untuk menggunakan life jacket. Yaiyalah daripada kenapa-kenapa ya kaaaannnn... Dalam perjalanan ke Manukan Island ada insiden yang menimpa saya yaitu topi saya terbang saudara-saudara hahaha.... Jadi photo ini adalah photo terakhir topi saya bertengger di kepala. Angin pada waktu itu cukup kencang, padahal saya sempat megangin topi ketika berada di boat. Apakah ini pertanda untuk belanja topi baru?

Tiba di Manukan Island kami semua excited banget melihat air laut yang biru dan jernih. Maklum yang pergi anak kota semua hahaha....


Di Manukan Island kami diberi pilihan untuk melakukan aktivitas snorkeling, berjalan-jalan di sekitar pulau atau sekedar duduk santai di hamparan pasir. Saya ngga mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk duduk diam saja. Segera mengganti pakaian dengan baju renang, menyambar alat snorkeling dan langsung nyebur ke laut. Pagi itu peminat snorkeling hanya saya, Andre dan Teguh. Kami sempat berenang namun hanya dalam radius beberapa meter saja karena di Manukan Island ada batasan sampai mana pengunjung boleh melakukan aktivitas snorkeling.

Selesai snorkeling, kami melanjutkan perjalanan ke pulau kedua yaitu Sapi Island. Di tengah perjalanan kami mampir di pontoon Borneo Reef World. Di sini kami diajak untuk melakukan kegiatan Sea Walking yaitu melihat keindahan bawah laut dengan menggunakan sejenis helm berisi oksigen. Jadi tanpa harus menguasai teknik diving, kita tetap bisa melihat keindahan terumbu karang dan ikan-ikan yang cantik.

Sambil menunggu giliran, kami diberi kesempatan untuk snorkeling kembali. Kali ini karena posisi kami di tengah laut maka saya menggunakan life jacket. Sebenarnya saya bisa berenang tapi ngga jago-jago amat. Jadi daripada tiba-tiba kram di tengah laut terus tenggelam mending pilih aman aja lah yaaaaa.... Puas banget snorkeling di sini, terumbu karangnya cantik dan banyak ikan-ikan yang menggoda kami. Saya dan Teguh sempat snorkeling bersama dan mengambil photo-photo di bawah laut.



Puas snorkeling, tiba giliran kami untuk seawalking. Karena jumlah kami 11 orang maka dibagi menjadi 2 group. Saya ikut group yang kedua bersama Ero, Teguh, Multi dan Dyah. Sempat deg-degan karena kami belum pernah melakukan aktivitas seperti ini. Namun karena Borneo Reef World adalah operator yang profesional dan berpengalaman, maka kami tidak ragu untuk seawalking. Sebelum turun kami juga dibriefing oleh instruktur mengenai bahasa isyarat di dalam air. Sebagai contoh kalau misalnya mau bilang ok itu bukanlah tanda jempol melainkan bulatan jari jempol dan telunjuk macem oke oce itu lhoooooo hahaha. Sementara tanda jempol itu artinya kita minta untuk naik ke atas. Jadi jangan salah kasi bahasa isyarat ya.

Pertama-tama kami berbaris satu per satu untuk dipakaikan helm seberat 5kg, lalu pelan-pelan menuruni tangga. Ketika kami turun ke bawah, kami dipandu oleh diver karena memang sulit untuk melihat ke bawah. Menuruni tangga ke bawah, kami tiba di semacam balkon tempat kami melihat keindahan alam bawah laut. Selama kurang lebih 20 menit kami berada di bawah dan seneng banget bisa melihat ikan-ikan yang cantik tanpa harus susah payah bernafas. Saya juga sempat melihat ikan nemo lho! Selain ikan-ikan yang cantik, kami juga disuguhkan atraksi para diver yang membuat lingkaran-lingkaran dalam air dari kepalan tangan dan hembusan nafas. 20 menit terasa sangat cepat karena sudah tiba waktunya kami untuk naik ke atas.


Snorkeling dan seawalking tak terasa membuat badan cukup letih dan lapar. Ngga heran soalnya matahari sudah berada di atas kepala alias jam 12. Kami segera meninggalkan pontoon Borneo Reef World untuk menikmati makan siang di Sapi Island. Sapi Island cukup ramai siang itu terutama dipadati oleh turis-turis dari Korea Selatan. Dyah yang penggemar K-Pop dan K-Drama puas cuci mata karena banyak oppa ganteng hahahaha.... Habis makan siang, saya menyempatkan untuk membilas badan yang lengket hasil nyemplung di air laut dan ganti pakaian bersih.

Perut udah kenyang, pakaian udah ganti, saatnya aktivitas ketiga yaitu coral flyer zipline. Jadi kalau biasanya flying fox itu dilakukan di tempat outbound, kali ini kami kan melakukan flying fox dari pulau ke pulau. Hah, kek mana tuh ceritanya? Kebayang ngga sih meluncur di seutas tali melewati lautan?? Saya juga ngga pernah ngebayangin sih hahaha. 

Dari Sapi Island kami naik boat ngga sampai 5 menit ke Gaya Island karena jaraknya deket banget. Kalau mau berenang ke Gaya Island juga bisa kayaknya hahaha. Tiba di Gaya Island kami dibriefing terlebih dahulu dan dipasangkan alat-alat pengaman beserta safety helmet. Kemudian kami berjalan kaki menaiki sekitar 200 anak tangga, lumayan ngos-ngosan juga booook apalagi sebelumnya kita abis snorkeling dan seawalking.

Teguh dapat giliran pertama karena dia bakal bertugas (ceileeeee) buat moto-motoin kita dari ujung. Trus siapa yang motoin Teguh dong? Gak adaaaaa hahaha....maap ya Guh, abis jepretan kamu bagus-bagus sih.

Zipline ini ada 2 talinya, jadi 2 orang bisa meluncur secara bersamaan. Saya dapat giliran bareng sama mbak Evi. Saya dapat tali yang kanan, mbak Evi yang kiri. Mbak Evi meluncur duluan, kemudian baru saya. Sempet deg-dengan karena tangan kanan saya pegangan pada gagang di tali dan tangan kiri saya megang kamera. Takutnya kalau tiba-tiba dua tangan itu lepas gimana booook? Untungnya ketakutan itu hilang segera setelah meluncur. Begitu saya meluncur, rasanya kayak naik wahana di Dufan dan untuk menghilangkan ketegangan saya teriak aja hahaha...... Beberapa detik pertama memang kaget tapi begitu udah di tengah-tengah rasanya enak bangettttttt, susah buat dideskripksikan. Seru banget bergelantungan di tengah-tengah laut. Langsung lupa kalau beberapa saat sebelumnya sempet takut.



Kalau mau tahu bagaimana keseruan island hopping kami, langsung meluncur ke channel youtube saya atau klik di bawah ini. Pastinya acara hari itu seru banget dan dari semua aktivitas, yang menjadi favorit saya adalah seawalking dan zipline.


Tuesday, October 3, 2017

Menjejakkan kaki di Kota Kinabalu

Pertengahan bulan September yang lalu saya mendapatkan undangan dari Air Asia dan Sabah Tourism Board untuk berkunjung ke Sabah, salah satu negara bagian Malaysia. Sabah terletak di ujung pulau Borneo dan mempunyai ibukota bernama Kota Kinabalu.  Saya tidak pergi sendiri melainkan bersama 10 (sepuluh) orang blogger dari Pontianak, Singkawang, Jakarta, Banten dan Lampung. Mereka adalah:

  1. Dodon Jerry
  2. Evi Indrawanto
  3. Salman Faris
  4. Indra Pradya
  5. Petrus Andre
  6. Mardhiyah Harahap
  7. Multi Siahaan
  8. Teguh Hariyadi
  9. Ero Pradolly
  10. Aseanty Pahlevi


Minggu, 17 September kami berkumpul di bandara Supadio Pontianak untuk bertolak ke Kuching. Pesawat dijadwalkan pukul 12.10 WIB. Saya baru pertama kali bertemu dengan para blogger ini, kami pun berkenalan dan suasana cepat sekali menjadi akrab karena sebelumnya kami sering berkomunikasi di WhatsApp Group.

Sambil menunggu waktu untuk naik pesawat, Dyah pun membagikan kaos seragam yang akan kami pakai selama di Sabah. Tak lama panggilan untuk naik pesawat pun diumumkan dan kami segera bersiap-siap. Dan yang namanya blogger ya wajib mengabadikan momen-momen ini dengan membuat video maupun photo, termasuk saya.


Penerbangan AK 1029 pada hari itu berangkat lebih awal dari jadwal ETD 12.10. Tepat pukul 11.53 WIB, pesawat dengan kode registrasi 9M-AQI lepas landas dari Bandara Internasional Supadio Pontianak.


Siang itu saya mendapat tempat duduk di nomor 26F bersama mbak Evi & Salman. Kami sempat berbincang-bincang sebentar sebelum mbak Evi & Salman akhirnya terlelap. Mereka berdua kebetulan tiba di Pontianak tadi pagi dan pastinya capek banget. Makanya mereka ngga menyia-nyiakan waktu untuk bisa memejamkan mata sebentar saja. Dan beneran memang sebentar karena penerbangan Pontianak - Kuching itu singkat sekali, tidak sampai 1 jam.

Rasa-rasanya pramugari dan pramugara baru saja menawarkan makanan & minuman ringan kepada para penumpang, eh tau-tau ada pengumuman kalau pesawat akan segera mendarat. Di jadwal ETA pukul 13.50 dan pesawat kami tiba di Kuching International Airport tepat pukul 13.39 waktu setempat. Waw, keren banget deh Air Asia udah berangkatnya on time, terus sampainya juga cepet banget. Total perjalanan dari Pontianak ke Kuching itu 46 menit saja. 

Puji Tuhan kami mendarat dengan selamat di Kuching dan segera menuju ke imigrasi lalu mengambil bagasi. Siang itu cuaca cerah menyambut kedatangan kami di Kuching. Setelah urusan imigrasi dan bagasi beres, kami segera menuju ke counter yang menjual sim card. Namanya blogger & influencer ngga bisa hidup tanpa internet hahaha, jadi langsung cussss beli sim card yang menawarkan paket internet dengan kuota paling besar.




Sayang belum ada penerbangan langsung dari Pontianak ke Kota Kinabalu sehingga kami harus transit selama 6 jam di Kuching untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Kota Kinabalu. 

Penerbangan dari Kuching ke Kota Kinabalu dijadwalkan pukul 20.35. Selesai check in dan baggage drop, kami menuju ke boarding gate. Nah karena Kuching berada di negara bagian  Sarawak dan Kota Kinabalu berada di negara bagian Sabah, maka kami harus melewati counter imigrasi padahal ini adalah penerbangan domestik.

Saya mendapatkan giliran pertama di counter imigrasi dan sempat tertahan karena petugas imigrasi kali ini lebih ketat. Dia menanyakan berapa hari saya akan berada di Sabah dan meminta saya untuk menunjukkan tiket pulang. Lalu saya tunjukkan bookingan tiket di handphone dan dia sempat tidak mau berkompromi. Ngga lama, mbak Evi bisa melewati imigrasi dan saya bilang kalau saya satu rombongan dengan dia. Saya jelaskan juga kalau kami diundang oleh Sabah Tourism Board. Akhirnya petugas imigrasi tersebut meloloskan saya juga. Tenang saja makcik, kami punya niat baik kok berkunjung ke Sabah. Apa jangan-jangan muka saya ada potongan calon TKI ilegal hehehe...

Malam itu penumpang rute Kuching - Kota Kinabalu cukup ramai, kursi di ruang tunggu penuh namun kami semua beruntung mendapatkan tempat duduk. Tak lama panggilan untuk boarding pun tiba. Kami semua bergegas untuk berbaris dan masuk pesawat. Tampak muka-muka lelah dan ngantuk hahaha pada ngga sabar untuk segera duduk di pesawat dan istirahat alias tidur. Di satu sisi, hati kami senang dan ingin cepat tiba di Sabah. 

Pukul 20.49 waktu setempat, ya telat 14 menit gapapa lah ya, pesawat Air Asia AK 6358 dengan nomor registrasi yang sama 9M-AQI lepas landas dari Kuching International Airport. Kali ini saya duduk bersebelahan dengan Andre yang ternyata satu kantor dengan my ex-colleague waktu di Jakarta, yaitu Esty. Sempat ngegosipin Esty sama si Andre, maap ya Toy kita ngomongin elu hahaha. Ngga lama abis itu, kita berdua mulai merem karena badan ngga bisa bohong, capek booooo...

Walaupun tadi pesawat lepas landas telat 14 menit dari ETD, pesawat kami mendarat tepat waktu di Kota Kinabalu International Airport pukul 22.05 sesuai dengan ETA.

Kami pun lekas-lekas menuju counter imigrasi (lagi) dan kali ini ngga ditanyain macem-macem, pheeeeewwww..... Selesai urusan imigrasi, lanjut ke tempat pengambilan bagasi. Puji Tuhan semua bagasi kami tiba di Kota Kinabalu dengan selamat tanpa ada yang hilang atau rusak.

Di Kota Kinabalu International Airport kami dijemput oleh Air Asia & Sabah Tourism Board. Surprise-suprise, kami disambut dengan pengalungan Vinusak. Vinusak adalah kalung buatan tangan wanita suku Rungus, salah satu suku di Sabah. Vinusak berarti sejenis bunga penawar racun, simbol kehidupan dan salah satu cara untuk mengucapkan selamat datang kepada para tamu dan mendoakan supaya selalu sehat dan mendapat keberuntungan.


Kami juga menyempatkan foto bersama di Kota Kinabalu Airport dengan banner Indonesian Blogger Goes to Sabah hehehe.....

Karena kami tiba di Sabah sudah larut malam maka kami segera menuju ke bus untuk kemudian diantar ke hotel. Sepanjang perjalanan dari airport ke hotel, kami dipandu oleh Latifah dari Air Asia. Latifah menceritakan bahwa Kota Kinabalu atau biasa disebut KK ini sebagian besar adalah hasil dari reklamasi. Kami terkagum-kagum melihat pembangunan yang modern dan pesat di KK. Terlihat banyak bangunan megah berdiri di sepanjang jalan. Kira-kira kalau nanti Jakarta jadi reklamasi apakah bisa seperti KK? Nobody knows hehehe...

Perjalanan dari airport ke hotel cukup singkat sekitar 15 menit. Selama di KK kami menginap di Grandis Hotels & Resorts yang letaknya bersebelahan dengan Suria Sabah Shopping Mall. Wohooooooo......cihuy banget kan?? 


Karena hari sudah larut sekali, maka kami segera check in & ngga sabar untuk beristirahat. Tapi baru inget kalau kami belum makan malam, waduuuuuuh..... perut udah keroncongan. Malam itu kami diberikan room service untuk memesan makanan & minuman dari Grandis Hotels & Resorts. Thank you so much Sabah Tourism Board, tau aja kalau kita ngga bisa tidur kalau perut kelaparan.

Malam itu kami tidur dengan perasaan senang, gembira, perut kenyang dan tentunya excited untuk memulai petualangan kami di Sabah selama 5 hari.